Pilih Bahasa

Labels

Hasil Program Peningkatan Karir PTK Kelompok 1 Banjarnegara



PEMODELAN PENDEKATAN KREATIF - PRODUKTIF 
SEBAGAI UPAYA UNTUK  MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX E SEMESTER 2
SMP NEGERI 3 BANJARNEGARA
TAHUN 2011

Nurul Ardiastuti
SMP Negeri 3 Banjarnegara


ABSTRAK : Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kreattivitas dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 3 Banjarnegara. Hal tersebut dikarenakan, selama ini pembelajaran kurang mengembangkan potensi siswa, yaitu siswa kurang kreatif, inovatif, dan siswa cenderung pasif. Sehingga dari 29 siswa hanya 15,86% siswa yang menunjukkan kreativitas baik, ketuntasan belajar secara klasikal hanya 51,72%, dan berdasar angket antusias siswa hanya 41,38 kurang berminat. Pembelajaran dengan model kreatif-produktif menekankan pada aplikasi konsep yang dipelajari dengan aktivitas kreatif secara nyata, yaitu pembuatan model alat peraga sistem ekskresi dengan bahan-bahan bekas seperti botol aqua, selang, kardus, sedotan minuman, dan styrofom. Sementara aktivitas belajar siswa meliputi, 1) Mencari konsep-konsep sistem ekresi dengan bantuan alat peraga, berdiskusi dan membaca buku sumber. 2) Siswa secara kreatif membuat alat peraga model sistem ekskresi, 3) Mengobservasi untuk menentukan bagian-bagian serta fungsi dari bagian sistem alat ekskresi 4) Menganalisis hasil observasi dengan berdikusi sesama anggota kelompoknya 5) Mempresentasikan hasil karyanya. Dengan aktivitas tersebut siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya dan mengembangkan kreatif-produktif, imajinasi, dan kecerdasan emosinya dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan analisis data dan refleksi pembelajaran, diperoleh hasil yang signifikan yaitu 82,76% siswa menunjukkan kreativitas dengan predikat baik, sedangkan dilihat dari hasil belajar, 75,86% siswa menunjukkan ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 75,52. Secara kualitatif siswa lebih kreatif, antusias, dan pembelajaran lebih kondusif. Sementara berdasarkan angket tanggapan siswa, 93,10% siswa menyatakan senang, dan 83,33% merespon positif terhadap pembelajaran yang dilakukan.

Kata Kunci : Pemodelan Kreatif-Produktif, Kreativitas, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN
Rendahnya kreativitas siswa dalam pembelajaran mendorong adanya inovasi dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang masih didominasi oleh guru dalam hal menggali informasi, menyusun konsep, dan atau  menemukan pengetahuan baru. Hal ini membuat siswa cepat bosan, kurang bergairah, kurang berkreasi, merasa terkekang, dan kurang bisa mengembangkan potensi yang dimiliki. Sementara pembelajaran yang berorientasi pada PAIKEM sangat mengedepankan kemandirian siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensi yang dimiliki (Khoiru Ahmadi, 2010 : 133).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sains yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini akan sangat menarik untuk dipelajari oleh siswa jika guru bisa membuat inovasi pembelajaran, baik dari segi metode, strategi, pendekatan, atau media pembelajaran. Sehingga mampu menjadikan kemandirian dan mengembangkan kreativitas siswa. Namun pada kenyataanya tidak semua guru demikian, akibatnya banyak siswa berpandangan pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit dan  identik dengan rumus-rumus.
Pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Banjarnegara dapat dikatakan masih bersifat konvensional dan belum mengedepankan proses yang berkualitas, seperti didominasi model ceramah, tanya jawab, menghafal, dan diskusi kelompok. Guru masih menekankan pada bagaimana siswa memperoleh nilai secara maksimal tanpa mengedepankan proses pembelajaran yang berkualitas. Selain proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional, permasalahan lain yang dihadapi adalah hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil Ulangan Akhir Semester 1(satu) Tahun Ajaran 2009/2010, yaitu ketuntasan belajar siswa secara klasikal baru 51,72%, nilai tertinggi 87,00, nilai terendah 43,00, dan rata–rata nilainya 61,24, dengan KKM 62,00. Ditinjau dari aktivitas siswa, siswa cenderung pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Sementara dari aspek kreativitas siswa, dari 29 siswa hanya 33,10 % yang berkategori baik, sementara 7 siswa lainnya atau 24,14 % menunjukan kategori cukup, sedangkan 41,39% atau 12 siswa menunjukan kreativitas yang kurang. Mereka hanya menerima informasi dari guru dan tidak menunjukan kreativitas seperti membaca buku sumber, memecahkan masalah, mengaplikasikan teori yang dipelajari melalui percobaan atau eksperimaen. Kenyataan ini tentu bertolak belakang dari ruh pelajaran IPA khususnya biologi yang menekankan pada kinerja ilmiah melalui percobaan atau eksperiman dalam pembelajaran. Sementara dari sisi sarana prasarana penyebab rendahnya hasil belajar dan kreativitas disebabkan kurang tersedianya buku penunjang dan peralatan praktikum. Disamping itu berdasarkan observasi terhadap antusiasme/minat dan respon siswa terhadap pembelajaran 41,38% menyatakan tidak senang, dan hanya 24,14 % yang merasa senang. Dengan demikian kenyataan ini sepatutnya menjadikan perhatian yang serius dan harus segera diambil tindakan agar pembelajaran lebih berkualitas sehingga mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, penulis menyusun permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : Apakah pemodelan pendekatan kreatif – produktif mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas IXE semester 2 SMP Negeri 3 Banjarnegara Tahun 2011? Sementara tujuan penelitian ini antara lain, 1) Meningkatkan kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, 2) Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA, 3) Meningkatkan motivasi dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Sedangkan manfaatnya antara lain, 1) Bagi Siswa : Siswa dapat mengembangkan kreativitas sesuai dengan potensi yang dimiliki, Siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan berkualitas, dan Siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA. 2) Bagi guru : Dapat memperbaiki kinerja dan profesional guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran, Menciptakan pembelajaran yang lebih  inovatif dan menyenangkan, Mengembangkan inovasi media pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 3) bagi sekolah : Sebagai acuan sekolah dalam mengambil kebijakan menyangkut pembelajaran dan peningkatan profesional guru, dan Sebagai kontrol yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi siswa.

Landasan Teori
Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku dimana perubahan tingkah laku tersebut mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Menurut Arif S. Sudiman dkk (1993:1), belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Seseorang dikatakan telah belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku. Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Menurut M. Ngalim Purwanto (2000:84), belajar  berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Gagne (1977) dalam bukunya The Conditions of Learning menyatakan bahwa, “belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi dan ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesuduah ia mengalami situasi tadi”. Morgan (1988) mendefinisikan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif lebih menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Hasil belajar merupakan tingkat /besarnya perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan setelah seseorang belajar (Zainal Aqib, 2007:84). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazim diukur dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Depdikbud, 1989:7). Pendapat seorang ahli pendidikan Benjamin Bloom dalam (Prasetya Irawan 1997:5), mengatakan bahwa seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar disekolah apabila ia dapat menunjukan keberhasilan belajar dalam tiga ranah yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Dari beberapa pendapat diatas seorang siswa dikatakan memiliki hasil belajar biologi apabila siswa tersebut memiliki pemahaman, penguasaan dan ketrampilan biologi. Selain itu siswa dikatakan berhasil belajar biologi apabila dapat menunjukan penguasaan konsep  biologi, sikap ilmiah dan memiliki ketrampilan. Pembuatan media pembelajaran di sekolah diharapkan akan dapat mengubah sikap siswa untuk memudahkan memahami konsep biologi dan siswa menjadi terampil dibidang ilmu pengetahuan alam serta memiliki sikap yang ilmiah.
Pembelajaran Kreatif-produktif
Kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Menurut Wankat dan Oreovoc (1995), cara untuk meningkatkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan hal sebagai berikut : 1) Mendorong siswa untuk kreatif, 2) Mengajari siswa beberapa metode untuk kreatif, 3)Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa
Dalam usaha mendorong agar siswa menjadi kreatif (tell student to be creative) dapat diakukan dengan beberapa cara antara lain: mengembangkan pemecahan masalah yang kreatif untuk suatu masalah, memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah, dan membuat alternatif solusi dari permasalahan yang dihadapi. Sementara untuk mengajari siswa agar menjadi kreatif dapat dilakukan dengan cara: mengembangkan ide sebanyak-banyaknya, mengembangkan ide berdasar ide orang lain, mengevaluasi ide-ide yang telah ada, dan menyimpulkan ide yang terbaik.
Menurut Marzano (1992) dalam proses kontruktivisme guru harus mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif, yang ditandai dengan : 1)Menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar yang teratur secara mandiri. 2)Menumbuhkan berpikir kritis dalam berpikir, 3)Menumbuhkan sikap kreatif dalamj berpikir dalam belajar
Kreativitas dan produktif merupakan suatu yang berkaitan, dan dalam proses pembelajaran hal tersebut harus dikembangkan secara bersamaan. Strategi pembelajaran ini diharapkan dapat menantang para siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif atau pencerminan pemahaman terhadap topik yang dikaji. Pembelajaran ini memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Keterlibatan siswa secara intektual dan emosional dalam pembelajaran. 2)Siswa didorong untuk mengkontruksi pengetahuanya sendiri konsep yang sedang dikaji melalui observasi, diskusi, atau percobaan. 3)Siswa diberi tanggung jawab menyelesaikan tugasnya sendiri. 4)Adanya dedikasi, motivasi, antosias dalam diri siswa.
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut maka tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan strategi kreatif-produktif melalui tahapan sebagai berikut :

No
Tahap
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
Orientasi
Mengkomunikasikan tjuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian.
Menaggapi atau mendiskusikan langkah-langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian.
2
Ekplorasi
Fasilitator, motivator, mengarahkan, dan memberi bimbingan belajar.
Membaca, melakukan observasi, wawancara, dan melakukan percobaan
3
Interpretasi
Membimbing, fasilitator, mengarahkan.
Analisis, diskusi, tanya jawab, atau berupa percobaab kembali.
4
Re-kreasi
Membimbing, mengarahkan, memberi dorongan, daya cipta.
Mengambil kesimpulan, menghasilkan sesuatu, atau produk yang baru.
5
Evaluasi
Melakukan evaluasi, memberi umpan balik.
Mendiskusikan hasil evaluasi

Kreativitas Siswa
Berkaitan dengan pendekatan kreatif-roduktif tersebut  pembelajaran, maka pembelajaran perlu didesain dengan mengedepankan kreativitas siswa melalui alat peraga pembelajaran. Kreativitas adalah bentuk aktivitas imanjinasi yang menghasilkan sesuatu yang baru, murni, dan bermakna (Anna Craft, 2004). Sedangkan menurut Joan Freeman dan Utami Munandar  kreativitas dapat ditinjau dari 4 (empat) aspek yaitu : 1) Kreativitas dari aspek pribadi yaitu muncul dari interaksi individu dengan lingkungannya, dan setiap anak mempunyai potensi untuk berkreativitas. 2) Kreativitas dari aspek pendorong, yaitu perlunya dorongan dari dalam berupa minat, hasrat, dan motivasi, serta dorongan dari luar yaitu lingkungan berupa benda-benda kongkrit dan pengalaman nyata. 3) Kreativitas dari aspek proses, yaitu bersibuk diri secara kreatif. Pada usia sekolah hendaknya kreativitas siswa perlu dikembangkan. 4) Kreativitas dari aspek produk, yaitu merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi manusia maupun lingkungannya.
Pembelajaran dengan membuat alat peraga pembelajaran menjadikan siswa lebih kreatif, lebih termotivasi, dan suasana belajar lebih menyenangkan. Oleh sebab itu, agar siswa mempunyai pengetahuan dan kreativitas maka pembelajaran perlu pendekatan pengembangan kreativitas siswa. Sedangkan untuk mengukur tingkat kreativitas, DJ. Shallcross memaparkan indikator kreativitas yaitu, mandiri dan percaya diri, berani mengambil risiko, memiliki orisinalitas, memiliki ketekunan, memilki motivasi dan rasa ingin tahu, menyukai kompleksitas, dan keuletan menyelesaikan kesulitan.

Kerangka Berpikir
Berdasarkan paparan teori dan permasalahan yang ada di SMP Negeri 3 Banjarnegara tersebut, penulis mencoba mencari solusi yaitu dengan membuat inovasi pembelajaran yang bisa menjadikan siswa lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensinya, serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu penulis membuat inovasi pembelajaran, yaitu dengan pemodelan kreatif-produktif dengan aplikasi alat peraga sederhana berupa Alat peraga sistem ekresi kulit dan alat peraga ekresi ginjal. Inovasi pembelajaran dengan pemodelan kreatif-produktif  bertujuan meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, baik dari aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Alat peraga tersebut dibuat dari bahan-bahan bekas seperti, gabus, kardus, gelas aqua, dan selang plastik. Dengan alat peraga tersebut siswa seacara aktif dan kreatif mengkontruksi pengeathuanya dalam memahami konsep sistem ekresi, dan bagian bagianya, serta cara kerjanya sitem ekresi tersebut.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kreatif–produktif ini yaitu,  1) Mencari konsep-konsep sistem ekresi dengan bantuan alat peraga, bediskusi dan membaca buku sumber. 2) Siswa secara kreatif membuat alat peraga model sistem ekresi, 3) Mengobservasi untuk menentukan bagian-bagian serta fungsi dari bagian sistem ekresi 4) Menganalisis hasil observasi dengan berdikusi sesama anggota kelompoknya 5) Mempresentasikan hasil diskusi dan karyanya. Dengan aktivitas tersebut siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya dan mengembangkan kreatif-produktif, imajinasi, dan kecerdasan emosinya dalam suasana yang menyenangkan.
Pembelajaran dengan pendekatan kreatif-produktif tersebut, penulis yakini mampu menjawab permasahan tersebut, karena mempunyai beberapa keunggulan yaitu : 1) Siswa dapat belajar dengan melibatkan tiga aspek sekaligus yaitu, aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif. Pada aspek kognitif, siswa melakukan kajian terhadap konsep materi pembelajaran dengan bantuan alat peraga, buku penunjang maupun diskusi kelompok. Pada aspek psikomotorik, siswa secara kreatif membuat model alat peraga ekresi dari bahan-bahan bekas seperti gabus, kardus, botol aqua, selang (sedotan plastik) Pada aspek afektif, siswa dituntut untuk bersikap serius, cermat, teliti, bekerja sama antarteman dalam kelompok dalam suasana belajar yang menyenangkan. 2) Pembelajaran ini melibatan siswa secara intektual dan emosional dalam pembelajaran, sehingga siswa aktif secara somatis, audiotorik, visual maupun intektual. 3) Pembelajaran dikemas dalam pembuatan alat peraga dan penerapan konsep yang dipelajari, sehingga siswa aktif berkreasi dan mengkontruksi pengetahuanya, sebagaimana teori konstruktivisme (Wheatly,2010:148). Hal ini dapat menguatkan kecerdasan, yaitu kognitif, emosional, dan psikomotorik .Sebagai penilaian terhadap kreativitas siswa, penulis mengambil enam aspek kreativitas yang merupakan adopsi dari beberapa teori kreativitas. Enam aspek kreativitas tersebut yaitu, 1) interaksi siswa dengan lingkungannya, 2) keuletan dan kesabaran, 3) kelancaran membuat media, 4) keaslian karya, 5) kualitas karya, 6) motivasi siswa.

Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini, yaitu, pembelajaran dengan pemodelan pendekatan kreatif-produktif mampu meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas IXE semester 2 SMP Negeri 3 Banjarnegara tahun 2011?

Metodologi Penelitian
Subyek dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 3 Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara, pada siswa kelas IXE semester 2 tahun 2011. Jumlah siswa 34 anak, terdiri 18 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Sementara waktu pelaksanaanya dari bulan bulan Januari sampai bulan April 2011.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menggumpulkan data adalah:1) Lembar observasi kreativitas siswa, yaitu digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA. 2) Instrumen ulangan harian, yaitu digunakan untuk mengetahui hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar siswa setiap siklusnya. 3) Lembar angket antusias, digunakan untuk mengetahui tingkat antusias siswa setelah pembelajaran. 4). Lembar Observasi Kinerja Guru, digunakan untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai peneliti. 5). Camera digital untuk mendokumentasikan proses pembelajaran.



Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi : 1. Siswa, yaitu meliputi data hasil observasi terhadap kreativitas siswa, hasil tes ulangan harian, dan data antusias belajar siswa. 2. Guru atau Teman Sejawat, yaitu meliputi hasil observasi kreativitas siswa dan kinerja guru berkaitan dengan proses pembelajaran, saran dan pendapat tentang pembuatan alat peraga, format instrumen  observasi, dan membantu pengujian validasi instrumen, hasil diskusi refleksi yang dilakukan team observer sebagai kolaborator, dan hasil observasi kinerja guru sebagai peneliti selama proses pembelajaran. Sedangkan jenis data yang dijadikan pendukung penelitian yaitu : 1. Data kreativitas siswa dalam pembelajaran, penilaianya dilakukan dengan lembar observasi oleh observer. Dalam hal ini dilakukan oleh guru lain atau teman sejawat sebagai kolaborator dan data catatan kreativitas siswa (sosiometri) terhadap teman dalam kelompoknya. 2. Data hasil belajar siswa, yaitu hasil tes ulangan harian. 3. Data antusias siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Data kinerja guru dalam proses pembelajaran. Data ini diperoleh melalui observasi proses pembelajaran oleh Observer.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah : 1) Observasi , yaitu dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran, kinerja guru, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dilaksanakan secara kolaboratif yang melibatkan observer sebagai pengamat di kelas dan catatan siswa (sosiometri) terhadap teman kelompoknya berkaitan kreativitas unjuk kerjanya.  2) Tes tertulis, yaitu dimaksudkan untuk melakukan pengukuran hasil belajar, yaitu untuk mengetahui  ketuntasan belajar siswa disetiap akhir siklus. 3) Angket, yaitu digunakan untuk mengetahui sejauh mana antusias siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan.

Validasi dan Analisis Data
Uji validitas data penelitian menggunakan Triangulasi, yaitu pengujian terhadap instrumen penelitian dan data hasil penelitian dengan cara meminta masukan atau saran dari teman sejawat (kolaborator). Sedangkan hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes hasil ulangan antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Data kreativitas siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

Indikator Keberhasilan Penelitian
Sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan, maka dibuat indikator keberhasilan penelitian, yaitu sebagai berikut :  1) Sekurang - kurangnya 75 % siswa menunjukkan kreativitas  dengan predikat baik. 2) Hasil belajar siswa sekurang - kurangnya 75 % siswa menunjukkan tuntas belajar  atau mendapat nilai tes ≥ 65,00, dengan  KKM  65,00. 3) Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan antusias dalam pembelajaran.

Prosedur penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur penelitian tindakan kelas dan dirancang selama 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan hal yang dilakukan adalah : 1) Menentukan banyaknya siklus dan waktu pelaksanaan penelitian. 2) Menetapkan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian sekaligus membagi kelompok belajar siswa, dengan beranggotakan 5-6 siswa. 3) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP)  dan lembar kegiatan siswa (LKS) lengkap dengan petunjuk kerja praktikum. 4) Membuat instrumen observasi yang digunakan. 5) Membuat alat peraga pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan, pada tahap ini hal-hal yang dilakukan antara lain melakukan proses pembelajaran dan selama proses pembelajaran tersebut dilakukan observasi aktivitas belajar siswa dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tahap Observasi (Observating), Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap kualitas pembelajaran selama dilakukan tindakan. Dalam hal ini dibantu oleh observer sebagai kolaborator penelitian. Dengan menggunakan lembar observasi, observer melakukan pengamatan yang meliputi : 1) Kreativitas siswa dan kinerja peneliti (guru) selama proses pembelajaran. 2) Keterlaksanan rencana pembelajaran yang telah dibuat dan kinerja guru. 3) Kendala-kendala yang muncul atau ditemukan selama proses pembelajaran. Tahap Refleksi (Reflecting), pada tahap ini dilakukan kajian terhadap data penelitian. Data yang diperoleh dari hasil observasi dilakukan analisis dan refleksi secara kritis sebagai bahan penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Pada tahap refleksi ada beberapa kriteria yang dijadikan sebagai rambu-rambu keberhasilan maupun kendala yang dihadapi, yaitu sebagai berikut: 1) Bagaimana proses pembelajaran berlangsung, apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah disusun, dan kendala-kendala yang dihadapi. 2) Bagaimana kreativitas siswa selama pembelajaran. 3) Bagaimana hasil belajar siswa, dan berapa persentase ketuntasanya. 4) Apakah terjadi peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran. 5) Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran.

Hasil Penelitian dan Bahasan
Diskripsi Kondisi Awal
Berdasarakan observasi awal dan analisis hasil ulangan harian siswa masih rendah, berdasarkan hasil belajar pada ulangan harian pada semester 1 (satu), yaitu nilai rata-rata ulangan harian sebesar 61,24 dengan persentase ketuntasan belajar baru mencapai 51,72 % Secara lengkap dapat dilihat sebagai berikut : 1) Aspek Kreativitas Siswa, hasil kreativitas siswa sebelum tindakan dengan bobot poin 3 untuk kategori kreativitas baik, poin 2 untuk kategori cukup, dan poin 1 untuk kategori kurang. Rekap kreativitas tersebut dapat dilihat seperti pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Data Kreativitas Siswa Sebelum Tindakan (Prasiklus)

No
Aspek/Indikator
Indikator/Jumlah Siswa
Ket
Baik (3)
Sedang (2)
Kurang (1)
1
Interaksi dengan sumber belajar
12
12
5

2
Kelancaran membuat media
1
15
13

3
Kualitas karya
0
13
16

4
Kemampuan diskusi
6
18
5

5
Kemampuan presentasi
4
16
8

Jumlah
23
74
47

Jumlah Maksimum
145
145
145

Rata-rata (%)
15,86
51,03
32,41


Dari tabel 4.1 menunjukan rata-rata dari semua aspek kreatif, pada prasiklus siswa yang menunjukkan kreativitas baik baru 15,86 % atau sekitar 5 siswa dari 29 siswa. Sementara 51,03% atau 15 siswa menunjukkan kreativitas yang cukup, dan 32,41 % atau 9 siswa masih kurang kreatif. Sementara berdasarkan analisis nilai kreativitas awal baru 10,34 % atau 3 siswa yang memperoleh nilai kreativitas dengan predikat baik. 2) Hasil Belajar Siswa, hasil belajar berdasarkan tes tertulis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan (prasiklus) adalah seperti pada tabel 4.2 sebagai berikut :


Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan (Pra-siklus)

Kegiatan Pembelajaran
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Ketuntasan Belajar (%)
Hasil
61,24
87,00
43,00
51,72 %.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil belajar sebelum tindakan nilai rata-rata 61,24, nilai tertinggi 87,00, nilai terendah 43,00, dan ketuntasan belajar siswa baru 51,72%. Berdasarkan hasil tersebut, secara klasikal ketuntasan belajar siswa belum terpenuhi, oleh sebab diperlukan perbaikan pembelajaran agar hasil belajar bisa jauh lebih baik. 3) Antusias Belajar Siswa, Ditinjau dari antusias siswa dalam pembelajaran sebelum tindakan (prasiklus), berdasarkan angket minat siswa menunjukan antusias atau minat yang cukup rendah, hal ini dapat dilihat seperti pada tabel 4.3 berikut : 

Tabel 4.3Data Antusiasme  Siswa Sebelum Tindakan (Pra-siklus)

No.
Antusiasme
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak Senang
12
41,38
2
Senang
7
24,14
3
Sangat Senang
5
17,24
4
Tidak Menjawab/Tidak Tahu
5
17,24

Jumlah
29
100%

Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukkan siswa kurang berminat 12 siswa atau 41,38%, 7 siswa atau 24,14%, menyatakan senang, dan yang sangat senang baru 5 siswa atau 17,24 %, sedangkan selebihnya 5 siswa atau 17,24 % tidak menjawab. Berdasarkan pantauan penulis siswa suka ramai, ngobrol sendiri, dan siswa tidak konsentrasi. Sedangkan berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran biologi selama ini, mayoritas siswa, yaitu  70% menyatakan kurang menarik dan 67% merasa kesulitan.

Deskripsi Siklus I
Perencanaan Tindakan (planning)
Pada tahap perencanaan tindakan, penulis berhasil menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan penyusunan instrumen observasi, serta pembuatan media dan alat perga ginjal yang terbuat dari bahan bekas seperti gardus, botol aqua, seditan minuman, dan styrofum. Pada siklus 1, KD-nya berkaitan dengan cara kerja ginjal dan proses pembentukan urine. Langkah-langkah dilakukan pada siklus I (satu)  meliputi : 1) Pembuatan perangkat pembelajaran. 2) Pembuatan instrumen penilaian. 3) Lembar observasi kreativitas siswa. 4) Instrumen/angket berkaitan dengan antusias dan respon siswa terhadap pembelajaran. 5) Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya, dan 6) Membuat desine alat pera ginjal dan proses pembentukan urine. Pemanfaatan bahas bekas tersebut ternyata sekaligus dapat menanamkan sikap kepedulian lingkungan yaitu mengurangi sampah.

Pelaksanaan Tindakan (action)
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan pada siklus 1(satu) dilakukan 3 kali tatap muka. Tatap muka pertama materi pembelajaranya adalah sistem ekskresi ginjal, dan alat peraga yang digunakan adalah charta ginjal dan aplikasi konsep yang dipelajari dengan membuat model ginjal yang bisa mensimulasikan cara kerja ginjal. Pada pertemuan kedua materi yang dibahas adalah proses pembentukan urine, dalam hal ini siswa memanfatkan alat peraga yang telah dibuat pada pertemuan terdahulu sekaligus disempurnakan. Alat tersebut dapat digunakan untuk mempelajari sistem pembentukan urine. Sedangkan pada pertemuan ke tiga berkaitan dengan penyakit kelainan pada sistem alat ekskresi dan berhubungan dengan kesehatan manusian, dalam hal ini siswa secara kelompok membahas materi tersebut kemudian mempresentasikan hasilnya. Di setiap awal tatap muka di Siklus I peneliti memberi apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Peneliti menyampaikan informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahapan berikutnya meminta peserta didik bekerja dalam kelompoknya untuk melakukan aktivitas kreatif mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam bentuk pembuatan model atau alat peraga sistem ekskresi sesuai petunjuk pada lembar kerja siswa (LKS). Selama proses pembelajaran peneliti membimbing siswa dalam melakukan aktivitas tersebut dan kerja kelompok. Kegiatan berikutnya siswa menyusun laporan hasil kegiatan dan presentasi kelompok.
 Sebagi gambaran aktifitas pembelajaran yang dilakukan baik guru mapun siswa dapat dilihat seperti pada gambar 4.1 sebagai berikut :

DSC00630DSC00593DSC00611DSC00606











Gambar 4.1  Aktifitas Kreatif-Produktif dengan Model Alat Peraga  Ekskresi

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan membuat siswa dapat mngembangkan kreatifitasnya dalam suasana yang menyenangkan. Selama pembelajaran berlangsung peneliti juga memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan. Sebagi penutup Peneliti bersama siswa melakukan kesimpulan yang bertujuan untuk mempertegas konsep yang tepat. Berkaitan dengan hal tersebut siswa diberi kesempatan untuk merangkum atau menuliskan kesimpulan tersebut. peneliti memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya Di akhir siklus peneliti melakukan ulangan harian sebagai evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran dan sekaligus untuk mengetahui hasil belajar siswa, soal yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 20 buah, adapun materi soal berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan selama siklus 1 (satu), di samping itu peneliti juga membagikan angket sebagai evaluasi mendiri siswa untuk mengetahui antusiasme dan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Selama proses tindakan tersebut dilakukan, diadakan pula pengamatan terhadap kinerja peneliti dan kreativitas siswa selama pembelajaran, yaitu dilakukan oleh observer. Disamping itu juga dilakukan dokumentasi pelaksananaan pembelajaran dengan cara difoto.

Observasi (observing)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer menunjukan bahwa, di awal siklus banyak siswa yang masih merasa grogi, kemungkinan ini disebabkan karena ada guru lain di dalam kelas tersebut yang bertindak sebagai observer, sehingga mereka merasa gerak-geriknya selalu diamati. Pembelajaran yang dilakukan belum sesuai harapan dan masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu sebagian besar siswa tampak pasif dalam membuat alat peraga sitem ekskresi. Sementara pada saat berdiskusi dan  presentasi kelompok, banyak siswa mengalami kesulitan dan malu-malu saat mengemukakan pendapatnya. Selain itu siswa juga tampak kesulitan dalam membuat kesimpulan. Hal ini disebabkan karena mereka belum biasa melakukan kegiatan presentasi dari hasil kerja kelompok. Peneliti juga belum optimal dalam memberikan bimbingan kerja kelompok terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan, sehingga beberapa siswa dalam kelompok berjalan-jalan sendiri kekelompok lain. Di samping itu masih kurang dalam memberikan penghargaan (reward) terhadap siswa yang aktif baik secara individu maupun secara kelompok.
Berdasarkan observasi terhadap kreativitas dan hasil ulangan harian siswa diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Kreativitas Siswa, Berdasarkan observasi oleh observer diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Data Kreativitas Siswa Pada Siklus 1

No
Aspek/Indikator
Indikator/ Jumlah Siswa
Ket
Baik (3)
Sedang (2)
Kurang (1)
1
Interaksi dengan sumber belajar
17
12
0

2
Kelancaran membuat media
11
15
3

3
Kualitas karya
9
16
4

4
Kemampuan diskusi
16
13
0

5
Kemampuan presentasi
15
11
3

Jumlah
68
67
10

Jumlah Maksimum
145
145
145

Rata-rata (%)
46,90
46,21
6,90


Berdasarkan tabel 4.4 tersebut tersebut dapat diketahui bahwa kreativitas siswa yang menunjukan baik mencapai 46,90 % atau 14 siswa dari rata 5 aspek kreativitas. Yang menunjukan kreativitas sedang 46,21% atau 13 siswa, sedangkan yang berkategori kurang mencapi 6,90 % atau 2 siswa. Sedangkan berdasarkan analisi nilai pada lampiran 3 diperoleh 55,17 % memperoleh nilai kreativitas dengan predikat baik. Hasil ini masih jauh dari indikator yang ditetapkan yaitu 75%. Namun demikian dibandingkan dengan keadaan awal terdapat kenaikan kreativitas yang signifikan jika dibandingkan dengan sebelum tindakan (prasiklus). Akan tetapi jika ditinjau dari indikator kinerja hal ini belum tercapai sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus berikutnya. 2) Hasil Belajar Siswa, Hasil belajar berdasarkan tes tertulis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada Siklus I dapat dilihat seperti pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1

Kegiatan Pembelajaran
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Ketuntasan Belajar (%)
Pra Siklus
61,24
87,00
43,00
51,72
Siklus I
73,62
95,00
55,00
66,97

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan hasil belajar pada Siklus I nilai rata-rata 73,62, tertinggi 95,00, terendah 55,00, dan  ketuntasan belajar siswa 66,97 %. Sedangkan jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum tindakan (pra-siklus) ketuntasan belajar siswa naik sebesar 15,25%. 3) Antusias Siswa, Sedangkan hasil rangkuman angket minat siswa pada pembelajaran IPA materi sistem ekskresi ginjal dan pembentukan urine,  ditunjukan pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6  Antusiasme  Siswa  Pada Pembelajaran Siklus I

No.
Antusiasme
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak Senang
0
0,00
2
Senang
18
62,07
3
Sangat Senang
10
34.48
4
Tidak Menjawab/Tidak Tahu
1
3,45

Jumlah
29
100,00

Sesuai tabel 4.6, menunjukkan pada siklus 1 (satu)  mayoritas siswa (62,07%) senang  dan 10 siswa (34,48%) sangat senang terhadap pembelajaran menggunakan alat peraga eskresi yang berlangsung, sedangkan 1 siswa (3,45%) menjawab tidak tahu. Berdasarkan hasil tersebut, maka antusias siswa meningkat jika dibandingkan dengan hasil sebelum tindakan (prasiklus). Sedangkan hasil rangkuman angket respon siswa pada pembelajaran IPA materi sistem ekskresi disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Siklus I.  

No.
Respon
Jumlah
Persentase (%)
1
Menarik
8
27,59
2
Memudahkan Belajar
17
58,62
3
Perlu Dilanjutkan
13
44,83
4
Kurang Menarik/Sulit
2
6,90
5
Tidak Menjawab/Tidak Tahu
2
6,90

Tabel 4.7 menunjukkan mayoritas siswa (58,62 %) menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan aktifitas kreatif-produktif yang berlangsung memudahkan siswa untuk belajar dan 27,59 % menyatakan pembelajaran menarik.

Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan, melalui diskusi refleksi antara peneliti dan observer di Ruang laboratorium diperoleh informasi bahwa secara umum pembelajaran telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. Peneliti telah menyampaikan urutan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat, namum beberapa hal yang menjadi catatan adalah saat memberi informasi awal yaitu tujuan dan penjelasan pembelajaran yang akan berlangsung perlu dipertegas, sehingga siswa memperoleh informasi yang jelas. Pada saat pembelajaran inti, yaitu pada sesi elaborasi guru sudah melakukan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan membuat model alat peraga sistem ekskresi dan mengerjakan LKS. Namun berdasar pengamatan observer bimbingan yang dilakukan kurang intens sehingga banyak kelompok yang kurang lancar dan merasa gerogi dalam melakukan aktivitas kreatif. Hal ini harus menjadikan perhatian yaitu peneliti perlu meningkatkan bimbingan kepada masing-masing kelompok secara intens. Selain itu pemberian reward kepada siswa atau kelompok yang menunjukkan prestasi yang baik masih kurang. Sementara berdasarkan observasi oleh observer, dari tingkat kreativitas siswa sudah cukub baik, siswa menunjukkan interaksi terhadap sumber belajar dengan baik, masing-masing kelompok secara kreatif telah mampu membuat model alat peraga sistem ekskresi dari bahan-bahan bekas. Aktivitas tesebut membuat pembelajaran terlihat lebih hidup dalam suasanan yang menyenangkan. Hal ini juga dibuktikan bahwa mayoritas siswa tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan, dan dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Siswa tiap kelompok aktif berdiskusi dan presentasi. Beberapa catatan adalah terdapat beberapa siswa dalam kelompok yang kurang kreatif dalam hal interaksi dengan sumber belajar, diskusi, maupun presentasi. Ada beberapa siswa yang lebih dominan dari siswa yang lain. Hal ini dimungkinkan karena jumlah anggota kelompok yang terlalu banyak yaitu 5-6 siswa tiap kelompok dan lembar kerja setiap kelomponya hanya satu buah. Oleh sebab itu, hal ini perlu diperbaiki dan disiapkan lagi disiklus berikutnya. Sementara dari hasil belajar siswa baru 66,97 % atau 19 siswa yang tuntas belajar, dan 33,03 % atau 10 siswa yang belum tuntas belajar.
Dengan  demikian hasil ini masih dibawah indikator keberhasilan, sehingga perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Dari catatan jalan pembelajara pada siklus 1(satu) tersebut, observer dan peneliti melalui diskusi refleksi menyimpulkan bahwa kinerja peneliti pada siklus I sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan, yaitu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus 2(dua) terutama dalam hal pengelolaan kelas, dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan perasaan grogi dan merasa diawasi dari siswa jadi berkurang, selain itu juga perlu ditingkatkan dalam hal memberi penghargaan kepada siswa yang aktif baik secara individu maupun secara kelompok. Di samping itu anggota kelompok belajar perlu diperbaiki atau dikurangi jumlahnya yaitu 3 sampai 4 siswa.

Deskripsi Siklus II
Perencanaan Tindakan (planning)
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan rencana tindakan pada siklus I. Hal-hal yang disiapkan pada siklus II, antara lain : 1) memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 3) menyiapkan instrumen penilaian hasil belajar, 3) mempersiapkan instrumen/lembar observasi terhadap kinerja peneliti dalam pembelajaran. 4) mempersiapkan instrumen kreativitas dan angket antusias, serta respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan disiklus 2 (dua). 5) Memperbaiki kelompok belajar siswa dengan anggota 3-4 siswa setiap kelompoknya. Selain hal tersebut, peneliti memprogramkan pengelolaan kelas yang dilakukan pada siklus II lebih di intensifkan terutama dalam membimbing dan memberi reward siswa dalam menyelesaikan tugas setiap kelompok.

Pelaksanaan Tindakan (action)
Tindakan yang dilakukan telah mendekati perencanaan tindakan yang dibuat. Materi pembelajaran yang disajikan pada siklus 2 (dua) mengenai sistem ekskresi kulit. Di awal pembelajaran peneliti mereview tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Memberi apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Peneliti menyampaian informasi tentang alat ekskresi kulit kemudian meminta siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan kreativitas sesuai dengan LKS tentang model alat ekresi kulit. Pada kegiatan ini siswa secara kelompok membuat alat peraga sistem ekskresi kulit dari bahan-bahan bekas seperti gabus, botol aqua, sedotan plastik, styrofum dan lianya. Peneliti membimbing kelompok belajar secara bergantian, terutama pada kelompok yang mengalami kesulitan memahami petunjuk kerjanya. Pengelolaan kelas, frekuensi memberi penguatan dan penghargaan yang dilakukan peneliti lebih banyak dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan siklus I. Setelah selesai kegiatan, setiap kelompok melaksanakan presentasi dari hasil kreativitas karya yang dibuat. Pada kegiatan presentasi, tampak lebih hidup dibanding pada siklus I, terutama pada saat memperagaan model alat peraga sitem ekskresi kulit menjadi daya tarik tersendiri dan tampak adanya persaingan yang positif terhadap kualitas yang dibuat oleh siswa. Siswa tampak begitu antusias mengikuti presentasi dan sesekali diberi aplous dari temannya.
Gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 2 (dua) dapat dilihat seperti gambar 4.2 berikut :
DSC00597DSC00633DSC00632










   
 Gambar. 4.2. Presentasi hasil Kreatif-Produktif Siswa Pada Siklus II

Berdasarkan gambar 4.2 tersebut menunjukkan bahwa aktifitas kreatif yang dilakukan siswa selama pembelajaran mampu menciptakan karya yang inovatif dari bahan-bahan bekas. Hal ini juga menggambarkan peningkatan kreativitas siswa itu sendiri. Setelah presentasi selesai, penulis melakukan konfirmasi/ kesimpulan untuk mempertegas konsep yang dibahas oleh siswa, serta memberi kesempatan siswa untuk mencatat kesimpulan tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan tugas rumah dan informasi berkaitan dengan pertemuan selanjutnya.
Pada kegiatan akhir siklus peneliti melukuan ulangan harian sebagai evaluasi terhadap hasil belajar siswa, di samping itu peneliti juga membagikan lembar angket kepada siswa untuk mengetahui tingkat antusiasme dan respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Disamping itu selama pembelajaran berlangsung diakukan pula pengamatan terhadap kinerja guru, dan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini dilakukan oleh observer. Di samping itu juga dilakukan dokumentasi selam proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan cara difoto.
.
Observasi (observing)
Secara umum peneliti melakukan proses pembelajaran lebih baik dari pada siklus I, peserta didik sudah mulai terbiasa dengan adanya seorang guru lain sebagai observer, suasana kelas tampak hidup, sebagian besar peserta didik terlibat aktif  dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada saat kegiatan membuat model alat ekskresi sebagai aplikasi dari teori yang dipelajari. Selanjutnya pada saat melaksanakan presentasi hasil kegiatan kelompok, sebagian siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapatnya dan kualitas pertanyaan siswa sudah meningkat. Tanya jawab antar kelompok tampak lebih hidup terutama dalam berargumentasi. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kreativitas belajar yang jauh lebih baik dibanding pada siklus 1 (satu). Berdasarkan observasi terhadap kreativitas dan hasil ulangan harian siswa diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Kreativitas Siswa, Berdasarkan observasi oleh observer diperoleh hasil seperti pada tabel 4.8 sebagai berikut :


Tabel 4.8 Data Kreativitas Siswa Pada Siklus II

No
Aspek/Indikator
Indikator/ Jumlah Siswa
Ket
Baik (3)
Sedang (2)
Kurang (1)

1
Interaksi dengan sumber belajar
16
13
0

2
Kelancaran membuat media
12
17
0

3
Kualitas karya
11
16
2

4
Kemampuan diskusi
16
13
0

5
Kemampuan presentasi
17
10
2

Jumlah
72
69
4

Jumlah Maksimum
145
145
145

Rata-rata (%)
49,66
47,59
2,76


Berdasarkan tabel 4.8 tersebut tersebut dapat diketahui bahwa kreativitas siswa yang menunjukkan baik mencapai rata-rata 49,66% atau 15 siswa, dan yang menunjukkan cukup kreatif mencapai rata-rata 47,59% atau 13 siswa, sedangkan yang kurang kreatif rata-rata sebesar 2,76% atau 1 siswa. Disamping itu berdasarkan analisis nilai kreatif ( lampiran 3), diperoleh data 82,76% dari jumlah siswa atau 24 siswa menunjukkan kreativitas dengan predikat baik, 13,79 % atau 4 siswa cukup kreatif, dan hanya 1 siswa yang berkategori kurang kreatif. Berdasarkan indikator kinerja dalam penelitian ini, maka hasil tersebut telah melampaui indikator yang ditetapkan. Disamping itu dibandingkan dengan siklus I terdapat kenaikan kreativitas baik yang signifikan, yaitu sebesar 27,59%. Dengan keberhasilan ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pemodelan kreatif-produktif mampu meningkatkan kreativitas siswa. 2) Hasil Belajar Siswa, Hasil belajar berdasarkan tes tertulis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada Siklus II dapat dilihat seperti pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Kegiatan Pembelajaran
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Ketuntasan Belajar (%)
Siklus I
73,62
95,00
55,00
66,97
Siklus II
75,52
95,00
45,00
75,86

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan hasil belajar pada Siklus II nilai rata-rata 75,52 nilai tertinggi 95,00 nilai terendah 45,00, dan  ketuntasan belajar siswa 75,86 %. Sedangkan jika dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, ketuntasan belajar siswa naik  sebesar 8,89 %. 3) Antusias siswa, Sedangkan hasil rangkuman angket minat siswa pada pembelajaran IPA materi setem ekskresi kulit ditunjukan pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10  Antusiasme  Siswa  pada Pembelajaran Siklus II

No.
Antusiasme
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak Senang
0
0,00
2
Senang
11
37,93
3
Sangat Senang
16
55,17
4
Tidak Menjawab/Tidak Tahu
2
6,89

Jumlah
29
100

Sesuai tabel 4.10, pada siklus II  mayoritas siswa (55,17%) menyatakan sangat senang  dan 11 siswa (37,93%) menyatakan senang dengan pembelajaran menggunakan alat peraga ekskresi yang berlangsung, sedangkan 2 siswa (6,89%) menjawab tidak tahu. Berdasarkan hasil tersebut, maka antusias siswa yang menunjukkan pengaruh positif mencapai 93,10% atau 27 siswa dari 29 siswa. Pada siklus II tampak  tidak ada siswa yang tidak senang dengan proses pembelajaran yang dilakukan Mayoritas siswa sangat senang dengan pembelajaran bologi dengan pemodelan kreatif-produktif yang dilakukan. Sedangkan hasil rangkuman angket respon siswa pada pembelajaran IPA materi sestim ekskresi model ginjal disajikan pada tabel 4.11 sebagai berikut :

Tabel 4.11 Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Siklus II

 No.
Respon
Jumlah
Persentase (%)
1
Menarik
26
83.33
2
Memudahkan Belajar
18
62.07
3
Perlu Dilanjutkan
15
51.72
4
Kurang Menarik/Sulit
0
0.00
5
Tidak Menjawab/Tidak Tahu
6
20.69

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga sistem ekskresi yang berlangsung  menarik (83.33%), sedangkan kaitannya dengan kemudahan untuk belajar diiyakan 18 siswa (62.07%), dan 6 siswa (20,69 %) menjawab tidak tahu.

Refleksi (reflecting)
Memperhatikan data hasil pengamatan kinerja peneliti pada siklus II. Peneliti dan observer melakukan refleksi dengan cara mendiskusikan tentang tindakan penelitian yang dilakukan pada siklus II. Dari hasil diskusi refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan observer, disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran pada siklus 2 (dua) jauh lebih baik daripada pada siklus 1 (satu). Suasana pembelajaran jauh lebih hidup dan mampu memberikan pelayanan terhadap peningkatan kreativitas dan hasil pembelajaran siswa. Kemampuan untuk berkreasi pada diri siswa tumbuh dengan cukup baik, hal ini terlihat dari produk yang dihasilkan melalui aplikasi teori pembelajaran dengan model alat ekskresi yang merupakan aplikasi teori secara nyata. Kemampuan peserta didik dalam interaksi terhadap sumber belajar dan teman kerja dalam kelompoknya sangat baik, terutama dalam membagi tugas kerja membuat model alat ekresi dan presentasi. Dilihat dari hasil belajar, 75.86 % siswa telah tuntas belajar, dan hanya 24.14 % siswa yang perlu remidial. Namun demikian berdasar indikator kinerja hal ini telah tercapai, sehingga hasil ini menunjukkan keberhasilan dari penelitian yang telah dilakukan. Sementara dari aspek antusias siswa dalam pembelajaran, 55,17% siswa menyatakan sangat senang,  dan 37,93% siswa menyatakan senang, sementara sisanya tidak senang dan tidak menjawab. Dari kenyataan ini, menunjukan adanya pengaruh positif, tindakan yang dilakukan terhadap peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa. Kelemahan yang terjadi pada siklus II adalah siswa begitu asyik sendiri tanpa memperhatikan waktu dan ketentuan-ketentuan yang telah diberikan oleh guru sehingga perlu pengelolaan waktu lebih baik lagi.

Pembahasan Tiap Siklus
Meningkatnya kreativitas dan hasil belajar siswa pada materi sitem ekskresi menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif, berbanding lurus dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori kreatif-produktif, yaitu merupakan strategi pembelajaran dengan kreativitas psikomorik yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran (Depdiknas, 2005). Kelemahan yang dijumpai dalam hal pengelolaan kelas terjadi apabila guru kurang memberikan intruksi tentang langkah-langkah kegiatan yang mengakibatkan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan  dan berdiskusi kelompok. Sehingga diperlukan tindakan antisipasi berupa pemberian intruksi tentang langkah-langkah kegiatan secara terinci agar tindakan yang dilakukan semaksimal mungkin sesuai perencanaan yang dibuat. Kelemahan lainnya dijumpai pada siklus 1(satu), yaitu 1) siswa kurang bisa mempragakan media alat sistem ekskresi yang dibuat. 2) Siswa kurang mampu dalam hal menjelaskan urutan cara pembuatan, bagian-bagian maupun fungsinya. 3) kelompok belajar terlalu banyak, sehingga kurang efektif. 4) terdapat beberapa siswa yang pasif, dan juga ada yang mendominasi. 5) bimbingan dari guru pada setiap kelompok kurang intens. Kekurangan tersebut perlu tindakan antisipasi yang dilakukan oleh guru, yaitu pemberian  bimbingan  kepada kelompok harus lebih diintensifkan, pada saat siswa membuat media dengan menekankan fingsi dari media tersebut. Disamping itu perlu adanya perbaikan jumlah anggota pada masing-masing kelompok.
Kenaikan hasil belajar ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pemodelan kreatif-produktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena penggunaan media tersebut dalam pembelajaran, membuat siswa lebih semangat dan dalam suasana yang menyenangkan. Di samping itu siswa mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar dengan melibatkan tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Sehingga hal ini menjadikan pengetahuan siswa cepat tumbuh berkembang. Perbandingan nilai kreativitas dari setiap siklus dapat digambarkan seperti gambar grafik 4.3 sebagai berikut :











Gambar 4.3 Grafik Kreativitas Setiap Siklus
Sementara hasil belajar seperti gambar 4.4 sebagai berikut :












Gambar 4.4 Grafik Ketuntasan dan Antusias Belajar Siswa
 Berdasarkan gambar grafik 4.3 dan 4.4 menunjukan bahwa hasil belajar dilihat dari kreativitas, hasil belajar, dan antusiasme siswa mengalami kenaikan dari setiap siklus. Hal itu didorong oleh aktifitas kreatif belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, antara lain 1) Mengaplikasikan konsep yang dipelajari dengan membuat model alat sistem ekskresi secara nyata, 2) Mengkaji materi untuk menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS) sekaligus sebagai bahan presentasi, 3) Mempresentasikan hasil kerjanya sebagai tindak lanjut dari aktifitas kreatif–produktif, Hal ini membuat siswa lebih aktif dari segi kognitif, psikomotori, mapun afektif. Aktivitas tersebut mampu mengorganisasikan pengetahuan siswa lebih bermakna. Kenyataan ini sesuai pendapat Wankat dan Mazano bahwa aktifitas kreatif mampu mendorong kreatif produktif siswa dan mampu mengkontruksi pengetahuannya sendiri pada konsep yang dipelajari melalui observasi, diskusi, maupun percobaan. Di samping itu pada tahapan re-kreasi siswa berlatih menghasilkan produk sebagai aplikasi dari materi pembelajaran yang mereka pelajari. Hal ini tentu akan mendorong berkembangnya kemampuan psikomotorik siswa yang dapat meningkatkan kreativitas yang dimiliki. Pada akhirnya hasil penelitian ini belum merupakan hasil akhir dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan, sehingga masih perlu adanya tindak lanjut melalui perencanaan yang lebih baik.

Simpulan
 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IXE SMP Negeri 3 Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011 dapat disimpulkan bahwa: 1) Adanya usaha peneliti untuk meningkatkan kinerja dalam pembelajaran berdampak meningkatnya kreativitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi. 2) Dengan menggunakan pemodelan kreatif-produktif pada pembelajaran IPA  Biologi  materi sistem ekskresi dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. 3) Pembelajaran dengan pemodelan kreatif-produktif mampu meningkatkan antusias dan respon positif siswa terhadap pembelajaran yang lakukan.
Saran
 Beberapa saran penulis antara lain, 1) Penelitian tindakan kelas ini dapat ditindaklanjuti oleh peneliti atau guru-guru untuk semua mata pelajaran, 2) Rendahnya kreativitas siswa bisa diatasi jika seorang guru mampu membuat model pembelajaran yang inovatif dan menarik, 3) Guru mata pelajaran IPA   harus lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan bahan-bahan dari lingkungan sekitar seperti bahan bekas dan dapat digunakan sebagai media atau alat peraga pembelajaran, sehingga hasil yang dicapai akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Khoiru. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Craft, Anna. 2004. Merefresh Imajinasi dan Kreatifitas Anak, Terj. M. Chairul Annam. Jakarta :  Cerdas Pustaka
Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Dwi, Wulandari. 2008. Pembelajaran Aktif Meningkatkan Kesenangan Dikelas. Jakarta : PT Macana Jaya Cemerlang.
Drost, JIGM. 1998. Sekolah Mengajar atau Mendidik. Yokyakarta : Universitas Sanata Darma.
Mulyadi, Agus dkk, 2007. Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Smith, K. Mark. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Terj. Abdul Qodir Shaleh. Jogjakarta : Media Pustaka.
Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect Bandung.